Bismillahirohmanirohim…
Buat Sahabat yang tidak hadir dikajian jum at kemarin…
ini saya share ilmu yang kita dapat dari Ustadah Yuni ( Teknik Kimia )
beliau menggantikan Ustadah Lizdah yang berhalangan hadir .
Obrolan kita kemarin mengenai :
“Kekuatan Spirit Tanpa Batas “…
Membangun, menggugah dan melahirkan spirit individu untuk meraih kejayaan
melewati batas kemampuan manusia..
Diawali dengan penjelasan beliau tentang tiga macam motivasi yang dipakai
manusia pada umumnya, dalam menjalani kehidupan; yaitu
1. motivasi materi (al-Quwwah ar-Madiyah),
2. motivasi emosional (al-Quwwah al-Ma’nawiyah)
3. dan terakhir dan yang akan dibahas dengan panjang lebar adalah motivasi
spiritual (al-Quwwah ar-Ruhiyah).
Penjelasan motivasi ketiga sangat menarik sekali ….karena di selingi
kisah ” Bidadari Al-Aina Al Mardhiyyah “……Subhanalloh…. sungguh bisa
menjadi ibroh buat kita semua…. kalau kita bertransaksi dengan Allah
dijamin perniagaan kita tidak pernah rugi dan untungnya pasti selamanya…
Sahabat ,. Ini adalah kisah nyata dan teramat berharga untuk kita renungi
bersama…
Berikut kisahnya yang diambil dari buku Motivasi Ust Faqih yang berjudul
Al Quwwah Ar Ruhiyah..
Dikisahkan oleh Syaikh Abdul Wahid bin Zabad Rahimahullah, “ Suatu hari
ketika kami berada di sebuah majelis, kami memutuskan agar mempersiapkan
diri untuk berperang.
Saat itu aku memerintahkan kepada teman2ku untuk membaca ayat2 Al Qur’an.
Kemudian dalam majelis itu ada seorang laki2 yang membaca ayat yang
berbunyi,
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mu’min , diri dan harta
mereka deengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh.” (QS. At Taubah :111)
Setelah itu, ada seorang bocah remaja yang usianya sekitar 15 tahun
berdiri dan menemuiku. Dia telah ditinggal mati ayahnya dan meninggalkan
warisan yang sangat banyak . Lalu ia berkata,
“Wahai Syeikh Abdul Wahid, sesungguhnya aku bersaksi di hadapanmu, aku
berani menjual jiwa dan hartaku dengan surga.
Dia berani mengeluarkan semua hartanya. Semua disedekahkankannya kecuali
kuda, perang, dan bekalnya. Ketika keluar menuju medan perang, dia berada
di garfda paling depan. Jula beli kami untung karena kami telah
bertransaksi dengan Allah, kemudian kami memulai perjalanan.
Dia berjalan bersama kami. Dan saya lihat, jika siang hari dia berpuasa
dan malam harinya ia gunakan untuk bermunajat kepada Allah. Dia melayani
kami dan memberi makan hewan2 kendaraan kami. Dia menjaga kami saat kami
tidur, sampai akhirnya kami sampai di kawasan musuh. Pada saat itu, tiba2
ia berteriak2, “Betapa aku ingin berjumpa dengan airmata keridhyaan
(al-‘aina’ al mardhiyyah).”
Mendengar teriakan itu, kami menghampirinya. Aku pun bertanya padanya ,
‘Wahai sayang, apa itu al-‘aina’ al mardhiyyah?’
Kemudian bocah remaja itu menjawab,
“Saat kami sedang berebahan, tiba2 aku melihat seakan2 ada orang yang
datang dan menyuruhku agar aku pergi menemui al-‘aina’ al mardhiyyah.
Kemudian dia membimbingku ke sebuah danau. Tiba2 aku benar2 berada di
sebuah danau yang tepinya dihiasi dengan aneka permata dan perhiasan.
Keindahannya tidak bisa aku gambarkan. Di sana terdapat banyak bidadari
yang cantik2. Dan ketika melihatku, mereka tersenyum sambil berkata,
‘Ini adalah suami al-‘aina’ al mardhiyyah’, mereka menjawab ‘kami semua
adalah pelayan dan pembantunya. Silakan Tuan terus berjalan ke depan
sana.’
Kemudian aku berjalan ke depan. Tanpa terasa, aku sampai di suatu danau di
mana airnya berupa susu dan rasanya tidak pernah berubah. Danau tersebut
berada di sebuah taman yang penuh dengan keindahan. Subhaanallah, ada
banyak bidadari yang kecantikannya membuat aku terpesona. Saat aku melihat
mereka, mereka tersenyum kepadaku dan berkata,’Sungguh, ini adalah calon
suami Al-‘aina’ al mardhiyyyah.’
Kemudian aku berkata,’Assalamu’alaikunna, adakah di antara kalian termasuk
al-‘aina’ al mardhiyyah?’
Mereka menjawab, ‘Wa’alaika As-salam, wahai kekasih Allah. Kami bukan
al-‘aina’ al mardhiyyah. Kami adalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah
Tuan ke depan.’
Kemudian aku berkata,’Assalamu’alaikunna, adakah di antara kalian termasuk
al-‘aina’ al mardhiyyyah?’ Kemudian aku melangkahkan kakiku lagi hingga
sampailah aku di suatu danau di mana airnya adalah khamer, bukan seperti
di dunia yang memabukkan, tapi ia memiliki rasa yang sangat lezat.
Subhanallah…
Di tepi danau itu juga ada sederet bidadari yang menyambutku dan menyapa
dengan tersenyum. Aku ucapkan salam kepadanya dan menanyakan apakahy di
natara mereka ada al-‘aina’ al mardhiyyah. Mereka menjawab dengan jawaban
yang sama seperti di danau sebelumnya.
‘Berjalanlah Tuan terus ke depan.’
Kemudian aku terus melanjutkan perjalanan dan sampailkah aku di suatu
tempat yang amat indah, di mana aku dapati sebuah danau yang airnya berupa
madu murni. Bidadari2 yang ada di tempat itu memiliki wajah yang sangat
cantik dan bercahaya. Wajahnya tidak akan bisa saya lupakan. Akupun
menyapanya dengan salam dan bertanya tentang al-‘aina’ al mardhiyyah
seperti sebelumnya.
Mereka menjawab,’Wahai kekasih Allah, kami bukanlah al-‘aina’ al
mardhiyyah. Kami hanyalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah wahai
Tuanku ke depan.’
Akhirnya, untuk kesekian kalinya aku berjalan menuju suatu tempat yang
mereka tunjukkan. Sampai akhirnya, aku tiba di suatu tempat di mana ada
sebuah rumah mungil yang bangunannya terbuat dari mutiara putih nan indah.
Di depan pintunya ada seorang bidadari yang amat cantik memakai perhiasan,
kecantikan dan keindahannya tidak bisa aku bayangkan.
Dia tersenyum menatapku, lau memanggil penghuni rumah mungil tersebut,
Wahai al-‘aina’ al mardhiyyah, ini suamimu sudah datang,’ ujarnya,
‘masuklah wahai Tuan, Engkau telah dinanti oleh al-‘aina’ al mardhiyyah.’
Setelah masuk kedalam rumah mungil yang indah itu, aku melihat seorang
bidadari yang amat sangat cantik dan begitu anggun sedang duduk di atas
ranjang yang berhiaskan dan berukiran nemas. Dia mengenakan mahkota yang
berhiaskan intan dan yaqut. Aku sangat terpesona saat menatapnya.
Dia berkata, ‘Selamat datang, wahai kekasih Allah, Dzat Yang Maha
Pengasih,. Sungguh sebentar lagi kamu akan mendatangi kami.’
Lalu aku menghampiri dia dan bermaksud memeluknya. Tapi kemudian dia
berkata, ‘Tunggu sebentar. Kamu tidak akan bisa memelukku, karena kamu
masih memiliki ruh kehidupan.’
Saat itu, aku tersentak kaget. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya
sampai aku engkau bangunkan, wahai Abdul Wahid.”
Syaikh Adul Wahid melanjutkan ceritanya, “ Percakapan kami belum sempat
tuntas, tiba2 datang segerombolan prajurit musuh yang menyerang kami. Anak
muda tersebut segera menyambut kedartangan mereka dengan gagah berani. Ia
begitu lincah menyabetkan pedangnya ke sana kemari sampai akhirnya
sembilan orang musuh terbunuh di tangannya. Kami berhasil mengalahkan dan
mengusir mereka. Tiba2 kami mendengar teriakan lirih tapi sangat jelas di
telinga kami Al-‘aina’ al mardhiyyah.’
Aku mendekati dan menuju arah suara itu. Ternyata, saya dapati anak muda
tersebut bersimbah darah.
Dia tersenyum lebar sambil berkata, Wahai Abdul Wahid, al-‘aina’ al
mardhiyyyah telah benar2 menjemputku. Subhanallah..
Akhirnya, dia pun meninggal dunia sebagai syuhada Allah. Dia benar2 telah
bertransaksi dengan Allah. Semoga Allah meridhoinya. “
Buat Sahabat yang tidak hadir dikajian jum at kemarin…
ini saya share ilmu yang kita dapat dari Ustadah Yuni ( Teknik Kimia )
beliau menggantikan Ustadah Lizdah yang berhalangan hadir .
Obrolan kita kemarin mengenai :
“Kekuatan Spirit Tanpa Batas “…
Membangun, menggugah dan melahirkan spirit individu untuk meraih kejayaan
melewati batas kemampuan manusia..
Diawali dengan penjelasan beliau tentang tiga macam motivasi yang dipakai
manusia pada umumnya, dalam menjalani kehidupan; yaitu
1. motivasi materi (al-Quwwah ar-Madiyah),
2. motivasi emosional (al-Quwwah al-Ma’nawiyah)
3. dan terakhir dan yang akan dibahas dengan panjang lebar adalah motivasi
spiritual (al-Quwwah ar-Ruhiyah).
Penjelasan motivasi ketiga sangat menarik sekali ….karena di selingi
kisah ” Bidadari Al-Aina Al Mardhiyyah “……Subhanalloh…. sungguh bisa
menjadi ibroh buat kita semua…. kalau kita bertransaksi dengan Allah
dijamin perniagaan kita tidak pernah rugi dan untungnya pasti selamanya…
Sahabat ,. Ini adalah kisah nyata dan teramat berharga untuk kita renungi
bersama…
Berikut kisahnya yang diambil dari buku Motivasi Ust Faqih yang berjudul
Al Quwwah Ar Ruhiyah..
Dikisahkan oleh Syaikh Abdul Wahid bin Zabad Rahimahullah, “ Suatu hari
ketika kami berada di sebuah majelis, kami memutuskan agar mempersiapkan
diri untuk berperang.
Saat itu aku memerintahkan kepada teman2ku untuk membaca ayat2 Al Qur’an.
Kemudian dalam majelis itu ada seorang laki2 yang membaca ayat yang
berbunyi,
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mu’min , diri dan harta
mereka deengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh.” (QS. At Taubah :111)
Setelah itu, ada seorang bocah remaja yang usianya sekitar 15 tahun
berdiri dan menemuiku. Dia telah ditinggal mati ayahnya dan meninggalkan
warisan yang sangat banyak . Lalu ia berkata,
“Wahai Syeikh Abdul Wahid, sesungguhnya aku bersaksi di hadapanmu, aku
berani menjual jiwa dan hartaku dengan surga.
Dia berani mengeluarkan semua hartanya. Semua disedekahkankannya kecuali
kuda, perang, dan bekalnya. Ketika keluar menuju medan perang, dia berada
di garfda paling depan. Jula beli kami untung karena kami telah
bertransaksi dengan Allah, kemudian kami memulai perjalanan.
Dia berjalan bersama kami. Dan saya lihat, jika siang hari dia berpuasa
dan malam harinya ia gunakan untuk bermunajat kepada Allah. Dia melayani
kami dan memberi makan hewan2 kendaraan kami. Dia menjaga kami saat kami
tidur, sampai akhirnya kami sampai di kawasan musuh. Pada saat itu, tiba2
ia berteriak2, “Betapa aku ingin berjumpa dengan airmata keridhyaan
(al-‘aina’ al mardhiyyah).”
Mendengar teriakan itu, kami menghampirinya. Aku pun bertanya padanya ,
‘Wahai sayang, apa itu al-‘aina’ al mardhiyyah?’
Kemudian bocah remaja itu menjawab,
“Saat kami sedang berebahan, tiba2 aku melihat seakan2 ada orang yang
datang dan menyuruhku agar aku pergi menemui al-‘aina’ al mardhiyyah.
Kemudian dia membimbingku ke sebuah danau. Tiba2 aku benar2 berada di
sebuah danau yang tepinya dihiasi dengan aneka permata dan perhiasan.
Keindahannya tidak bisa aku gambarkan. Di sana terdapat banyak bidadari
yang cantik2. Dan ketika melihatku, mereka tersenyum sambil berkata,
‘Ini adalah suami al-‘aina’ al mardhiyyah’, mereka menjawab ‘kami semua
adalah pelayan dan pembantunya. Silakan Tuan terus berjalan ke depan
sana.’
Kemudian aku berjalan ke depan. Tanpa terasa, aku sampai di suatu danau di
mana airnya berupa susu dan rasanya tidak pernah berubah. Danau tersebut
berada di sebuah taman yang penuh dengan keindahan. Subhaanallah, ada
banyak bidadari yang kecantikannya membuat aku terpesona. Saat aku melihat
mereka, mereka tersenyum kepadaku dan berkata,’Sungguh, ini adalah calon
suami Al-‘aina’ al mardhiyyyah.’
Kemudian aku berkata,’Assalamu’alaikunna, adakah di antara kalian termasuk
al-‘aina’ al mardhiyyah?’
Mereka menjawab, ‘Wa’alaika As-salam, wahai kekasih Allah. Kami bukan
al-‘aina’ al mardhiyyah. Kami adalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah
Tuan ke depan.’
Kemudian aku berkata,’Assalamu’alaikunna, adakah di antara kalian termasuk
al-‘aina’ al mardhiyyyah?’ Kemudian aku melangkahkan kakiku lagi hingga
sampailah aku di suatu danau di mana airnya adalah khamer, bukan seperti
di dunia yang memabukkan, tapi ia memiliki rasa yang sangat lezat.
Subhanallah…
Di tepi danau itu juga ada sederet bidadari yang menyambutku dan menyapa
dengan tersenyum. Aku ucapkan salam kepadanya dan menanyakan apakahy di
natara mereka ada al-‘aina’ al mardhiyyah. Mereka menjawab dengan jawaban
yang sama seperti di danau sebelumnya.
‘Berjalanlah Tuan terus ke depan.’
Kemudian aku terus melanjutkan perjalanan dan sampailkah aku di suatu
tempat yang amat indah, di mana aku dapati sebuah danau yang airnya berupa
madu murni. Bidadari2 yang ada di tempat itu memiliki wajah yang sangat
cantik dan bercahaya. Wajahnya tidak akan bisa saya lupakan. Akupun
menyapanya dengan salam dan bertanya tentang al-‘aina’ al mardhiyyah
seperti sebelumnya.
Mereka menjawab,’Wahai kekasih Allah, kami bukanlah al-‘aina’ al
mardhiyyah. Kami hanyalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah wahai
Tuanku ke depan.’
Akhirnya, untuk kesekian kalinya aku berjalan menuju suatu tempat yang
mereka tunjukkan. Sampai akhirnya, aku tiba di suatu tempat di mana ada
sebuah rumah mungil yang bangunannya terbuat dari mutiara putih nan indah.
Di depan pintunya ada seorang bidadari yang amat cantik memakai perhiasan,
kecantikan dan keindahannya tidak bisa aku bayangkan.
Dia tersenyum menatapku, lau memanggil penghuni rumah mungil tersebut,
Wahai al-‘aina’ al mardhiyyah, ini suamimu sudah datang,’ ujarnya,
‘masuklah wahai Tuan, Engkau telah dinanti oleh al-‘aina’ al mardhiyyah.’
Setelah masuk kedalam rumah mungil yang indah itu, aku melihat seorang
bidadari yang amat sangat cantik dan begitu anggun sedang duduk di atas
ranjang yang berhiaskan dan berukiran nemas. Dia mengenakan mahkota yang
berhiaskan intan dan yaqut. Aku sangat terpesona saat menatapnya.
Dia berkata, ‘Selamat datang, wahai kekasih Allah, Dzat Yang Maha
Pengasih,. Sungguh sebentar lagi kamu akan mendatangi kami.’
Lalu aku menghampiri dia dan bermaksud memeluknya. Tapi kemudian dia
berkata, ‘Tunggu sebentar. Kamu tidak akan bisa memelukku, karena kamu
masih memiliki ruh kehidupan.’
Saat itu, aku tersentak kaget. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya
sampai aku engkau bangunkan, wahai Abdul Wahid.”
Syaikh Adul Wahid melanjutkan ceritanya, “ Percakapan kami belum sempat
tuntas, tiba2 datang segerombolan prajurit musuh yang menyerang kami. Anak
muda tersebut segera menyambut kedartangan mereka dengan gagah berani. Ia
begitu lincah menyabetkan pedangnya ke sana kemari sampai akhirnya
sembilan orang musuh terbunuh di tangannya. Kami berhasil mengalahkan dan
mengusir mereka. Tiba2 kami mendengar teriakan lirih tapi sangat jelas di
telinga kami Al-‘aina’ al mardhiyyah.’
Aku mendekati dan menuju arah suara itu. Ternyata, saya dapati anak muda
tersebut bersimbah darah.
Dia tersenyum lebar sambil berkata, Wahai Abdul Wahid, al-‘aina’ al
mardhiyyyah telah benar2 menjemputku. Subhanallah..
Akhirnya, dia pun meninggal dunia sebagai syuhada Allah. Dia benar2 telah
bertransaksi dengan Allah. Semoga Allah meridhoinya. “
|
||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar