dakwatuna.com - Para pejuang adalah mereka yang
dididik dan dibesarkan melalui berkah subuh. Mereka ditempa oleh subuh
hingga mempunyai ruhiyah yang kuat. Subuh adalah keberkahan. Di mana
malaikat turun menyapa penduduk bumi. Menjadi saksi bagi doa-doa para
pejuang.
Subuh bagi as-Syahid Hasan al-Banna, menjadi bagian dari sejarah hidup yang ia tulis dalam buku hariannya. Subuh yang turut mengantarkannya menjadi salah satu tokoh pergerakan yang pemikirannya paling berpengaruh saat ini. Dalam buku Mudzakirat ad-Da’i wa ad-Daiyah, Hasan al-Banna menulis “Pada
liburan musim panas aku dan kawan-kawan biasa berbagi tugas
membangunkan orang-orang untuk subuh berjamaah. Biasanya hari pada
Jumat. Ada kegembiraan tersendiri bagiku terutama ketika bisa
membangunkan para muadzin, sesaat sebelum tiba waktu subuh. Setelah itu
aku pergi ke tepian sungai nil menunggu para muadzin mengumandangkan
adzan subuh. Lalu aku berbisik dalam hati, “Semoga aku mendapatkan
bagian pahala subuh dari orang-orang yang telah kubangunkan. “Barangsiapa
yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya
pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala
mereka sedikit pun. Setelah subuh berkumandang aku bergegas menuju
masjid. Kudapati orang-orang yang sedang khusyuk menunggu shalat subuh.
Saat itu kulihat aku adalah orang paling muda di antara mereka”
Subuh bagi Syaikh Ahmad Yasin.
Sebelum azan Subuh berkumandang, beliau menyempatkan makan sahur untuk
berpuasa sunnah pada hari akhir kehidupannya. Setelah itu dilanjutkan
dengan subuh berjamaah bersama beberapa pejuang Hamas. Hari itu masih
gelap. Seusai menunaikan Subuh berjamaah, Syeikh Ahmad Yasin didorong
keluar dari pintu masjid. Beramai-ramai para pejuang Hamas menyertai
beliau menuju rumah. Baru beberapa meter meninggalkan masjid sebuah
helikopter Zionis memuntahkan roket ke tubuh lemah berjiwa baja di atas
kursi roda itu. Tubuhnya hancur berkeping namun tidak dengan jiwanya.
Lalu para malaikat subuh berebut mengantar sang pejuang menghadap
Rabbnya.
Subuh bagi sang pejuang. Seperti biasa Umar bin
Khattab memimpin subuh berjamaah. Ia belum mau memulai shalat sebelum
shaf benar-benar rapi. Sedikit pun tak membolehkan ada celah di antara
barisan kaum muslimin. Di rakaat pertama Umar membaca surat Yusuf sambil
menunggu jamaah yang terlambat. Namun belum sempat menyelesaikan rakaat
pertama tiba-tiba seorang budak majusi menerobos barisan shalat dan
menancamkan pisau tepat di bagian perut. Tanpa ampun Umar langsung
tersungkur dan akhirnya meninggal karena luka yang begitu parah. Ia
tersenyum sesaat sebelum ajal menjemput. “Mahasuci Allah yang tidak
mewafatkanku di tangan orang muslim”.
Semoga subuh selalu membersamaimu kawan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar