Penderita RP, Rama, laki, usia tepatnya 6 tahun 4 bulan,
beralamat di Bandung. Menurut Bapak Asep G (ayahnya Rama), saat itu Rama usia
3,5 tahun, bila ingin mengambil sesuatu selalu dengan meraba terlebih dahulu.
Pada tahun 2011, kondisi Rama tambah mengkhawatirkan karena tidak bisa
membedakan didepannya ada halangan atau tidak, jadi sering menabrak meja dan
kursi yang ada dihadapannya, bahkan pintupun ditabraknya. Setelah dibawa ke Rumah Sakit Mata, barulah
ketahuan bahwa Rama menderita RP, dan menurut keterangan dokter ahli RP penyakit
ini penyakit keturunan yang tidak bisa disembuhkan dan tidak ada obatnya, diujung dunia manapun tidak ada obatnya,
demikian penegasan sang dokter. Dengan
kondisi bingung melihat kondisi sang anak, sejak 2011 Bpk Asep berusaha menempuh
jalan kepengobatan alternatif. Beberapa pengobat alternatif telah dikunjungi
demi meraih kesembuhan penglihatan anak, namun masih belum ada hasilnya, hanya
habis waktu, tenaga dan biaya, kata beliau. Dengan kondisi demikian, dengan
sangat terpaksa Rama harus istirahat bersekolah.
Mulai hari ini Rabu, 5 September 2012, Rama (tidak bisa
melihat samping kiri dan kanan, atas dan bawah) mulai menjalani terapi mata
dengan terapi elektrostatik SELAC (Sinusoidal elektro akupresur) sekitar 15
menit . Menurut Bapak Asep, Rama setelah pulang dari terapi sudah bisa berjalan
di gang menuju rumahnya tanpa berpegangan pada dinding pembatas (biasanya
selalu berpegangan pada dinding pembatas di gang /lorong sempit). Masuk rumah
sudah bisa menghindari kursi dan meja. Sekitar jam 16.30 – 17.00, Rama sudah
bisa berlari di lorong gang tanpa alat bantu.
Kamis 6 September 2012 jam 09.00, terapi dilakukan selama 15
menit. Pengamatan oleh Bapak Asep, Rama
pada sore hari sudah bisa bermain mobil-mobilan tanpa menabrak halangan. Malam
hari jam 21.30, keluar sendiri, arah ke pintu dan bisa membuka pintu (yang
selama ini belum pernah terjadi) tanpa kesulitan dan bisa memberitahu bahwa
pintu gerbang masih terbuka .
Jum’at 7
September 2012 jam 09.00, terapi dilakukan selama 15 menit, sebelumnya
diberikan obat tetes Kitolod yang dibuat sendiri. Setelah diterapi Rama bisa
bermain-main dengan kucing yang ada di tempat terapi. Menurut Bapak Asep,
biasanya Rama tidak pernah bisa melihat kucing yang berjalan didekatnya.
Artinya
penglihatan keatas dan kebawah sudah terjadi perbaikan.
Kesimpulan :
Alhamdulillah,
dalam 3 hari terapi sudah terjadi perbaikan yang signifikan. Artinya terapi
yang intensif, berkelanjutan akan memberikan perbaikan demi perbaikan. Memang
Rama dijadualkan untuk menjalani terapi tiap hari (saat ini baru menjalani
terapi yang ke 3X). Melihat kenyataan
perbaikan demi perbaikan ini, orang tua Rama, harapannya besar sekali untuk
bisa melihat Rama pulih total dan bisa kembali bersekolah. Semoga Allah SWT
memberikan jalan kesembuhan pada Rama, amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar