Rabu, 29 Mei 2013

Usia 6 tahun sudah menderita RP,bagaimana solusinya?.. (1)

Hari Rabu pagi, 5 September 2012, saya ditilpon oleh seorang ibu yang ingin konsultasi karena anaknya usia 6 tahun menderita RP.  Pertama-tama saya kaget juga, karena anak usia 6 tahun kok sudah kena RP (Retinitis Pigmentosa)? Bisa dibayangkan perasaan orang tua yang buah hatinya sedang mendapat musibah, menderita penyakit RP yang masih belum ada obatnya di dunia kedokteran modern alias tinggal menunggu proses kebutaan penglihatan saja, seiring dengan berjalannya waktu, baik lambat maupun cepat. Jelas orang tua pasti akan susah menerima kenyataan pahit ini. Kemudian saya jadualkan untuk konsultasi jam 15.00.
Penderita RP, Rama, laki, usia tepatnya 6 tahun 4 bulan, beralamat di Bandung. Menurut Bapak Asep G (ayahnya Rama), saat itu Rama usia 3,5 tahun, bila ingin mengambil sesuatu selalu dengan meraba terlebih dahulu. Pada tahun 2011, kondisi Rama tambah mengkhawatirkan karena tidak bisa membedakan didepannya ada halangan atau tidak, jadi sering menabrak meja dan kursi yang ada dihadapannya, bahkan pintupun ditabraknya.  Setelah dibawa ke Rumah Sakit Mata, barulah ketahuan bahwa Rama menderita RP, dan menurut keterangan dokter ahli RP penyakit ini penyakit keturunan yang tidak bisa disembuhkan dan tidak ada obatnya,  diujung dunia manapun tidak ada obatnya, demikian penegasan sang dokter.  Dengan kondisi bingung melihat kondisi sang anak, sejak 2011 Bpk Asep berusaha menempuh jalan kepengobatan alternatif. Beberapa pengobat alternatif telah dikunjungi demi meraih kesembuhan penglihatan anak, namun masih belum ada hasilnya, hanya habis waktu, tenaga dan biaya, kata beliau. Dengan kondisi demikian, dengan sangat terpaksa Rama harus istirahat bersekolah.
Mulai hari ini Rabu, 5 September 2012, Rama (tidak bisa melihat samping kiri dan kanan, atas dan bawah) mulai menjalani terapi mata dengan terapi elektrostatik SELAC (Sinusoidal elektro akupresur) sekitar 15 menit . Menurut Bapak Asep, Rama setelah pulang dari terapi sudah bisa berjalan di gang menuju rumahnya tanpa berpegangan pada dinding pembatas (biasanya selalu berpegangan pada dinding pembatas di gang /lorong sempit). Masuk rumah sudah bisa menghindari kursi dan meja. Sekitar jam 16.30 – 17.00, Rama sudah bisa berlari di lorong gang tanpa alat bantu.

Kamis 6 September 2012 jam 09.00, terapi dilakukan selama 15 menit.  Pengamatan oleh Bapak Asep, Rama pada sore hari sudah bisa bermain mobil-mobilan tanpa menabrak halangan. Malam hari jam 21.30, keluar sendiri, arah ke pintu dan bisa membuka pintu (yang selama ini belum pernah terjadi) tanpa kesulitan dan bisa memberitahu bahwa pintu gerbang masih terbuka .


Jum’at 7 September 2012 jam 09.00, terapi dilakukan selama 15 menit, sebelumnya diberikan obat tetes Kitolod yang dibuat sendiri. Setelah diterapi Rama bisa bermain-main dengan kucing yang ada di tempat terapi. Menurut Bapak Asep, biasanya Rama tidak pernah bisa melihat kucing yang berjalan didekatnya.
Artinya penglihatan keatas dan kebawah sudah terjadi perbaikan.
Kesimpulan
Alhamdulillah, dalam 3 hari terapi sudah terjadi perbaikan yang signifikan. Artinya terapi yang intensif, berkelanjutan akan memberikan perbaikan demi perbaikan. Memang Rama dijadualkan untuk menjalani terapi tiap hari (saat ini baru menjalani terapi yang ke 3X).  Melihat kenyataan perbaikan demi perbaikan ini, orang tua Rama, harapannya besar sekali untuk bisa melihat Rama pulih total dan bisa kembali bersekolah. Semoga Allah SWT memberikan jalan kesembuhan pada Rama, amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar